Sumber : Detik Finance
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menunjukkan kemarahannya setelah Bank Sentral AS, The Federal Reserve, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25% hingga 4,5%. Keputusan ini bertentangan dengan permintaan Trump sebelumnya yang menginginkan penurunan suku bunga.
Dalam unggahan di platform media sosial Truth, Trump mengkritik Ketua The Fed, Jerome Powell, dengan menyatakan bahwa Powell gagal mengatasi permasalahan inflasi. Namun, Trump belum secara eksplisit menyatakan apakah ia akan mengambil langkah terhadap Powell atau berusaha mempengaruhi langsung keputusan terkait suku bunga acuan.
The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan setelah tahun sebelumnya menurunkannya sebesar 1%. Selama masa kampanye dan saat menjabat, Trump konsisten mendukung kebijakan suku bunga rendah dan bahkan menegaskan bahwa ia akan mendorong penurunan suku bunga secepat mungkin, seperti yang ia sampaikan dalam pertemuan tahunan World Economic Forum pekan lalu.
Di sisi lain, Powell memilih untuk tidak merespons pernyataan Trump. Ia menegaskan bahwa The Fed akan tetap independen dan melanjutkan tugasnya seperti biasa. “Saya tidak akan memberikan komentar atau tanggapan apa pun terkait pernyataan presiden,” ujar Powell kepada wartawan, seperti dikutip dari CNN pada Jumat (31/1/2025).
Berdasarkan Undang-Undang Perbankan 1935, presiden memiliki wewenang untuk memberhentikan anggota dewan gubernur The Fed, termasuk Powell, dengan alasan tertentu. Namun, keputusan Mahkamah Agung pada 2024 dalam kasus Trump vs United States menyatakan bahwa presiden memiliki “kekuasaan tak terbatas” untuk mencopot pejabat yang diangkatnya. Hal ini bisa dijadikan dasar untuk mempertanyakan batasan dalam pemberhentian Ketua The Fed.
Namun demikian, pengadilan kemungkinan besar akan mempertimbangkan dampak ekonomi yang mungkin timbul akibat melemahnya independensi The Fed. Kehilangan independensi tersebut dapat menyebabkan lonjakan imbal hasil obligasi AS, mencerminkan ketidakpastian kebijakan yang lebih besar, dan meningkatnya ekspektasi inflasi.
Sementara itu, Ellen Meade, profesor ekonomi dari Universitas Duke, dalam penelitiannya menunjukkan bahwa bank sentral dengan tingkat independensi yang lebih tinggi, diukur dari sejauh mana pejabat pembuat kebijakan suku bunga tidak mudah diberhentikan oleh politisi atau keterlibatan pejabat pemerintah dalam keputusan kebijakan, cenderung memiliki tingkat inflasi yang lebih rendah.
Menurut Meade, seperti juga yang disampaikan oleh Powell, independensi yang lebih besar membebaskan bank sentral dari tekanan politik jangka pendek yang sering kali menghasilkan kebijakan inflasioner. Hal ini juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dalam jangka panjang.
Namun, Meade juga mencatat bahwa bank sentral menunjukkan hasil ekonomi yang lebih baik ketika mereka tetap bertanggung jawab kepada pembuat undang-undang dan beroperasi sesuai mandat kebijakan, seperti The Fed yang menargetkan inflasi tahunan sebesar 2% dan pencapaian lapangan kerja penuh.
Jika upaya untuk melemahkan independensi The Fed berhasil, hal ini akan setara dengan “menghapus institusi tersebut,” ujar Meade kepada CNN.
Baca Juga : Saran Konglomerat buat Kelas Menengah: Setop Beli 5 Barang Ini!
#fed #presidenas #sukubunga